Langsung ke konten utama

Sekilas Marhaenisme

Marhaenism disebutkan sebagai marxisme ala Indonesia karena memang iya jika dikatakan bahwa marhaenisme adalah anak dari marxisme itu sendiri. Marxisme dan Marhaenisme juga sama-sama mengamini sosialisme dipenghujung perjuangannya. Dalam artikel ini ijinkan saya memperinci alur berjalannya sejarah akan lahirnya Marhaenisme Indonesia. Sebelumnya saya memohon maaf yang sebesar-besarnya dikarenakan karya tulis di bawah didominasi oleh referensi data empiris pribadi penulis sehingga tidak bisa menyediakan sajian yang valid dan sungguh meyakinkan.

·        HAK KEPEMILIKAN
Sengketa tentu terjadi antara gesekan Hak yang ada pada masyarakat. Sengketa kepemilikan tentu terjadi karena adanya Klaim atas kepemilikan. Terjadinya ketimpangan ekonomi dan social dimasyarakat terjadi karena masing-masing manusia tidak bisa memiliki kepemilikan benda yang sama persis antara varian kualitas dan kuantitasnya. Sedangkan manusia juga diganjal untuk memenuhi kebutuhan hidup disamping tidak memiliki barang yang kompleks, misal:
“Si A tinggal di hutan dan hidup dengan menanam berbagai macam sayur dan buah untuk dimakan, sementara Si B tinggal di tepi danau dan hidup dengan berburu ikan kesehariannya, Masing-masing tokoh tersebut mengclaim kepemilikan akan wilayah berdasarkan tempat hidup masing-masing. Pada suatu hari Si B sangat membutuhkan tombak dari kayu untuk berburu ikan untuk makan dan mau tidak mau dia harus pergi ke hutan dimana kayu berada, akan tetapi dia tidak bisa mengambil kayu yang ada di hutan karena hutan adalah milik Si A.
Di sisi lain Si A yang hidup berkebun tidak bisa menyirami tanamannya karena kehabisan air disaat kemarau dan mau tidak mau dia harus pergi kedanau, akan tetapi dia tidak bisa mengambil dari danau karena danau adalah kepemilikan Si B”
Sangat benar jika hadirnya hak atas kepemilikan dalam kehidupan manusia adalah sekat awal yang membatasi manusia itu sendiri untuk memenuhi kebutuhan hidup. 
“Dengan adanya Si A dan Si B yang saling membutuhkan, akhirnya mereka bertemu di perbatasan dan berkomunikasi tentang apa yang mereka saling butuhkan dan bersepakat untuk Si A membawakan Kayu dan Si B mempersilahkan Si A untuk mengambil air di danaunya “
Akan tetapi dengan sifat rakus yang ada pada diri Homo Sapiens akankah keduanya saling menepati janji yang kemudian disebut Barter ataukah keduanya saling ingin meraup untung sendiri bahkan bisa saja sampai saling membunuh.
Dengan adanya contoh subjek yang sama kuatnya tersebut itulah juga dapat dikatakan bahwa dua-duanya adalah capital yang berarti hidupnya tidak bergantung pada orang lain. Dikarenakan capital memiliki segalanya itulah yang menjadi sebab dia dihampiri orang lain yang membutuhkan apa yang ia tidak punyai sementara capital punya, Contoh:
“Di suatu tempat ada orang tidak berpunya kecuali hanya rumah yang ditinggalinya, sementara dia butuh makan untuk mempertahankan keberlanjutan hidupnya. Di sisi lain ada majikan gandum kaya raya yang memiliki berpuluh-puluh ribu hektar lahan gandum dan mepekerjakan ribuan orang. Pada suatu hari orang yang kelaparan tersebut menghampiri si majikan gandum dan meminta tolong untuk diberi uang Rp 10.000 untuk dibuat membeli makan. Disamping itu pula si majikan gandum juga membutuhkan seorang pekerja untuk memanen gandum, dengan datangnya si orang kelaparan yang meminta makan, si majikan yang bersifat pebisnis dan oportunis ini tidak mau memberi makan secara cuma-cuma. Akhirnya ditawarilah si orang kelaparan tersebut Rp 10.000 asalkan dia mau bekerja 5 jam sehari. Si orang kelaparan tersebut tidak punya pilihan lain melainkan menerima tawaran tersebut atau mati kelaparan.”

Di sinilah kita dapatkan sifat serakah yang teridentifikasi dalam diri capital yang tidak mau rugi sama sekali dan pada akhirnya dia tetap mencari jalan untung meskipun menyiksa kehidupan orang lain. Si orang kelaparan sudah tidak punya apa-apa lagi untuk dibarter-kan seperti contoh pertama tadi kecuali tenaganya untuk dipekerjakan
Dengan adanya materi yang terbatas didunia sementara manusia ingin memiliki sebanyak-banyaknya untuk kelanjutan dan kenyamanan hidupnya tanpa mau membagi rata dan disitulah terjadi dinamika ekonomi yang melahirkan penindasan.

·        PRODUKSI
Secara geografis bumi kita memiliki banyak musim, terutama di daerah eropa yang memiliki 4 musim yaitu musim semi, panas, kemarau dan musim dingin. Mengingat adanya produksi pangan seperti pertanian dan perkebunan yang hanya  dapat dipanen pada musim tertentu saja yang tentunya tidak dapat dipanen di musim dingin. Dalam bertahan hidup melalui empat musim yang ada tentunya manusia tidak bisa hanya sekedar memanen lalu dimakan saja karena tidak semua musim menghasilkan makanan yang sama. Oleh karena itu manusia harus mencadangkan makanan untuk melalui musim-musim tertentu. Seberapa banyak yang dicadangkan juga tergantung seberapa banyak makanan yang dimiliki untuk dicadangkan.
Maka hak kepemilikan juga lah yang menentukan seberapa banyak yang dimiliki untuk memenuhi kebutuhan hidupnya. Untuk seorang yang memiliki sumber daya yang sangat banyak yang bahkan dapat untuk mencukupi kebutuhan manusia dalam satu Negara misal seperti majikan gandum yang ladangnya berpuluh-puluh hektar, tentunya sumber daya yang dimilikinya lebih dari mencukupi dirinya jika hanya sekedar untuk empat musim. Akan tetapi kecenderungan untuk tidak menyia-nyiakan dan membuang sisahnya cuma-cuma, sementara itu diluar sana masih banyak orang yang tidak memiliki apa-apa untuk kehidupan melewati empat musim terutama musim  dingin, tepatlah Si Kaya Raya ini melihat suatu pasar dimana dia bisa menjual sumberdayanya kepada yang membutuhkan dengan harga yang ia tentukan sendiri.
Setelah melihat pasar dan merasakan sebuah keuntungan produksinya, akhirnya melebarlah usahanya dengan membeli tanah lebih dan mempekerjakan orang-orang yang miskin dan digaji secukupnya saja asalkan tidak menurunkan profit produksi. Para pekerja yang tenaganya dihargai hanya selebar perutnya pun memang sudah tak punya pilihan lagi dan akhirnya mau tidak mau dia menggantungkan nasib rezekinya kepada majikan, dan orang semacam inilah yang dinamakan buruh yaitu menggantungkan rezekinya kepada orang lain.
Pada industri tradisional dimana yang dipekerjakan adalah manusia dan hewan sehingga proses produksi cenderung dikatakan lambat jika dibandingkan dengan era sekarang. Sifat manusia untuk berkompetisilah yang membuat bermacam-macam inovasi dalam produksi guna mempercepat jalannya produksi sehingga lebih cepat meraup untung dan tidak kalah dengan pesaing industry yang lain. Salah satu contoh mempercepat jalannya industry antara lain ialah kerja paksa yang ada di Indonesia untuk menanam rempah-rempah biar lekas dipanen dan dijual sehingga keuntungan sesegera mungkin untuk melebarkan usaha industry.
Akhirnya sekitar tahun 1750 an meletuslah yang namanya “Revolusi Industri” dengan ditemukannya beberapa teknologi mutakhir untuk membantu jalannya industry, salah satunya yaitu mesin uap yang ditemukan oleh James Watt. Dengan ditemukannya  mesin-mesin pekerja keras yang tidak punya lelah dan menghasilkan produk lebih banyak dan berkualitas akhirnya tenaga manusia dan hewan mulai dikurangi partisipasinya dalam pekerjaan untuk mengurangi keluarnya uang untuk membayar upah. Karena pekerjaan sebagian buruh sudah tergantikan dan hanya buruh-buruh tertentu yang dibutuhkan
Dengan adanya lapangan pekerjaan yang semakin sempit namun yang membutuhkan pekerjaan sangat banyak membuat buruh menjadi lebih bersyukur dalam pekerjaan daripada yang mati kelaparan karena tidak bekerja. Para Kapital pun merasakan adanya kebersyukuran para buruh sehingga dia memperlakukan buruh seenaknya saja dengan membayar semurah-murahnya tetapi  pekerjaan harus sebagus-bagusnya. Sifat buruk capital inilah yang tidak bisa ditolak oleh buruh karena buruh merasa sangat membutuhkan capital untuk keberlangsungan hidupnya. Meskipun misal dia bekerja di pabrik roti akan tetapi dia tidak bisa memakan roti itu melainkan buruh bekerja dengan upah rendahan yang bahkan tidak cukup untuk membeli roti yang dia buat dengan keringatnya sendiri, maka pernyataan inilah yang disebut “teori keterasingan” oleh Karl Marx.

·        MARXISME
Marxisme yang dicetuskan oleh Karl Heinric Marx seorang filsuf asal jerman abad 19 yang pada waktu itu industry sudah berkembang dan Marx mulai menyadari perbedaan antara kenyamanan kehidupan orang-orang kaya dan para pekerja. Dimana para borjuasi bisa hidup nyaman tanpa bekerja dan mempekerjakan orang lain, sedangkan di lain sisi para pekerja hidup dengan pas-pas an dan bahkan sengsara karena hidupnya diisi dengan bekerja dan mereka bekerja untuk hidup. Mulai dari situlah ia melihat ketimpangan social ekonomi diatas dengan pisau analisa Matterialism Dialektika yang tajam sehingga masyarakat terclusterkan kedalam dua kelas yaitu Kelas Penindas(Kapital) dan Kelas Tertindas(Buruh).
Buruh sebagai pekerja di industry sangat menggantungkan hidupnya kepada Borjuasi karena ia berpikir akan mati jika saja ia berhenti bekerja, akan tetapi jika diandaikan semua buruh berhenti bekerja atau mogok maka proses produksi tentu akan mangkir juga karena Produksi tidak bisa berjalan tanpa kerja para buruh dan borjuasi tidak bisa hanya mengandalkan mesin-mesinnya saja. Oleh karena itu Marx menyerukan “Bersatulah buruh seluruh dunia” untuk melawan penindasan Kapitalisme.
Demikian Karl Marx berpendapat bahwa persepsi yang menyatakan bahwa buruhlah yang membutuhkan Kapital untuk keberlangsungan hidupnya adalah persepsi yang salah karena begitupun Kapital sangat membutuhkan buruh untuk keberlangsungan produksinya. Oleh karena itu Marx menilai keadilan hak akan tenaga buruh bekerja patut untuk diperjuangkan. Sehingga pada kondisi geopolitik yang ada maka buruhlah yang otomatis menjadi subjek perjuangan sosialisme dikarenakan buruh adalah kelas yang tertindas pada waktu itu.

·        NUSANTARA
Kondisi di Nusantara sebagai Negara agraris yang mayoritas warganya bermata pencaharian dengan bercocok tanam. Sejak dari dulu kawasan Nusantara adalah lahan yang hijau dan subur sehingga berbagai varian tumbuhan yang tidak tumbuh di belahan dunia lain bisa tumbuh di dataran Nusantara oleh karena berbagai faktor geografis yang sangat mendukung.
Dengan adanya ragam tanaman yang juga menyongsong kebutuhan hidup manusia, manusia nusantara sangat didukung dalam kelanjutan hidupnya dengan kebutuhan pangan yang tersedia. Di belahan lain dunia dengan iklim cuaca yang menjadikan tanaman nusantara tidak bisa tumbuh menjadikan polarisasi global bahwa manusia belahan lain harus datang ke nusantara untuk mendapatkan apa yang tidak didapatkannya di daerahnya.
Tidak lain seperti itulah motif gamblang akan datangya berbagai kaum di pelosok negeri berlabuh di nusantara, yaitu untuk mendapatkan ragam sumberdaya yang sangat kaya. Dengan sangat ramah pendatang tidak mungkin mengambil barang yang bukan miliknya sehaingga perdagangan adalah ujung tombak dari kebutuhan tersebut karena nusantara juga tidak memiliki apa yang dimiliki kaum dibelahan dunia lain dalam barang maupun jasa. Dalam strategi perdagangan mengartikan orang datang dengan membawa komoditas sehingga sesampainya di nusantara bisa membarterkan barangnya dengan barang yang dijual di nusantara, misal orang Arab datang membawa kurma untuk ditukarkan dengan kelapa sawit, orang Eropa bisa datang membawa senjata untuk dibarterkan dengan rempah-rempah sehingga simbiosis mutualisme terjadi antar bangsa.
Akan tetapi perlu digaris bawahi kedatangan seseorang dengan kondsi siap berarti membawa misi. Meneropong kembali pada fakta sejarah bangsa-bangsa dalam mempertahankan hidupnya dengan sangat keras dan rasial yang terbukti dengan terjadinya perang-perang ternama mulai dari perang agama, perang dunia I, perang dunia II menceminkran beragam motif bertemunya bangsa-bangsa dunia. Tak lain manusia dalam mengeksplore bumi dan sumberdayanya selalu menancapkan papan klaim atas hak kepemilikan.
Dalam perang 100 tahun yang dialami eropa dengan tokoh utama kerajaan Prancis dan Inggris hingga perang era Napoleon dimana capital besar Kerajaan Prancis dan Inggris yang terus bersaing memonopoli dunia membuat nusantara juga menjadi imbas pertarungan 2 raksasa dikarenakan keragaman sumberdaya yang sangat memikat keduanya sehingga patut untuk diperebutkan.
Dalam perjalanan pertama invasi oleh Cornelis De Houtman armada belanda singkat cerita bahwa ia ditugaskan berlayar untuk mencari rempah-rempah pada ahkirnya berlabuh di Banten lalu diusir sehingga berlabuh di Bali dan pulang dibunuh didaerah Aceh. Perjalanan yang gagal akan tetapi merupakan kesuksesan Belanda dalam eksplorasinya mencari kekayaan rempah-rempah, dimulai dari perjalanan Cornelis akhirya Belanda sering berlayar menuju Nusantara, singkat cerita hingga terjadinya zaman penjajahan karena rontoknya dinasti-dinasti kecil yang ada di Nusantara.

·        MARHAENISME
Dalam masa penjajahan diposisi masyarakat Nusantara banyak menjadi budak dibawah kendali Belanda. Rakyat yang dipekerjakan ditanahnya sendiri namun hasil panennya diraup oleh Belanda. Belanda dalam penancapan sepatu lars nya di Nusantara dengan mudah memonopoli Nusantara sebagai bagian dari kerajaan Belanda yang akhirnya digantilah nama daerah Nusantara menjadi “Hindia-Belanda” yang manandakan bahwa Bumi Nusantara sebagai gugus Negara Belanda dizona perairan Hindia.
Singkatnya dengan mulainya perjuangan yang diawali oleh organisasi Boedi Oetomo pada 1927 yang merupakan keterwakilan dari rakyat Nusantara dari berbagai daerah yang berkumpul menjadi satu di Boedi Oetomo.. Yang terpicu dengan kesadaran bahwa bangsa nya sudah benar-benar ditindas oleh asing, dipekerjakan bak hewan dengan juragan yang sangat Kapitalistik yaitu sangan mencari untungnya saja tanpa mau membagi dengan tuan rumahnya. Seakan-akan seluruh SDM dan SDA Nusantara mutlak dimiliki oleh colonial. Mulai dari hal itu perjuangan dan penyadaran sudah mulai menyebar luas dengan didukungnya beberapa keturunan Konglomerat yang bisa sekolah dan keluarganya diberi tempat yang istimewa daripada rakyat biasa oleh belanda sehingga timbul macam tokoh intelektual macam Tan Malaka, Soekarno, Hatta, Sjahrir dll. Sehingga paham Kemerdekaan mulai bercabang kian berjalannya waktu.
Soekarno seorang yang beruntung karena mengenyam bangku pendidikan, sehingga memiki gaya berpikir yang berbeda dari kebanyakan orang pada waktu itu. Sebagai orang yang mengenyam bangku pendidikan dan didorong oleh kondisi masyarakat yang kian terpuruk oleh penjajahan menimbulkan suatu pemikiran yang kontras dengan tesis bahwa Soekarno anak orang bepunya dan menjalani hidup tanpa penindasan, sedangkan ada identitas yang menempel pada dirinya sebagai kaum Nusantara yang hampir setiap harinya ia lihat dipekerjakan dan hidup tidak semewah pendatang dari belanda yang kemudian menjadi antithesis dari kehidupan nyamannya selama ini. Seorang Soekarno tipe pembelajar yang juga gemar membaca buku itu juga mengakui bahwa dirinya sebagai murid dari seorang Karl Marx dikarenakan ia mendapat pusaka analisa yang tajam yaitu Matterialisme Dialektika Historis yang menangkap bahwa realita itu adalah kebendaan, pengerucutan rasio melalui dialektika dan Historis sebagai sumber fakta dan proses kausalitas.
Soekarno melihat dengan tajam bahwa para rakyat agraris yang mayoritas petani bahkan memiliki tanah cangkul bahkan sapi namun kehidupannya tetap tak layak. Pemikiran MDH(Matterialism Dialektika Historis) mulai berusaha menggugat opini mistis masyarakat yang sukanya dikait-kait kan antara kemiskinan dengan jin, jarang beribadah, bodoh dll. Karena banyak sekali petani khusunya dipulai jawa yang sudah beragama dan bahkan taat dalam beragama, mau dikatakan bodoh tapi petani bisa membaca peta astronomi, peralihan iklim dalam perpanenan, mau dikatakan malas pun petani kebanyakan bangun pagi-pagi sekali dan bahkan bekerja seharian hampir tanpa henti. Di sisi lain Marhaenism secara narasi diceritakan bahwa Soekarno bertemu dengan petani dengan karakteristik kehidupan seperti diatas yang bernama Mang Aen.
Dalam analisa Soekarno tidak ditemukan  indikasi sumber kegagalan yang berasal dari petani itu sendiri dan indikasi-indikasi kemiskinan petani malah muncul dari orang yang mempunyai hubungan dagang dengannya yaitu Belanda. Tentang bagaimana ia mempermainkan pasar menjual benih dengan harga mahal sehingga petani miskin tidak sanggup membeli, lalu memonopoli lahan dan jasa dengan menjual benih murah namun hasil panen pun mau tidak mau harus dijual kembali pada Si Londo. Bayangkan saja kita diberi benih untuk ditanam disawah sendiri namun penjualan kembali kepada Londo dengan harga yang seminim-minimnya. Maka itulah system monopoli yang membuat para petani kita mau tidak mau harus bergantung pada Belanda dari pada tidak bisa memberi makan anak istri.
Maka kisah ini hampir sama dengan Marxisme dengan subjek spesifik petani. Yang memang menurut Soekarno harus diperjuangkan kemerdekaan haknya bersama karena penindasan terus menggerus nilai-nilai kemanusiaan sebagai Nasionalisme Nusantara. Dan akirnya dicetuskannya lah Marhaenism sebagai ideology perjuangan dengan clusterisai Marhaen sebagai orang yang ditindas oleh system kapital, Marhaenis sebagai orang yang sadar dan berjuang atas ketertindasan Marhaen. Maka bukan berarti identifikasi Marhaen hanya untuk petani melainkan semua orang yang ditindas dengan system kapitalisme. Dengan adanya Marhaenisme sebagai ideology perjuangan yang digali oleh Seokarno dengan kacamata Karl Marx maka dibenarkan bahwa Marhaenisme juga mencari-cari letak sosialisme.

    Write By: P. A. Ikhsanudin | Pasuruan, 21 Juli 2018 

 

Komentar

Postingan populer dari blog ini

“9 Buku yang Harus Dibaca Kader GMNI Agar Tidak Cuma Bisa Teriak Merdeka”