Langsung ke konten utama

Membangun(kan) Nasionalisme Pemuda

Nasionalisme berasal dari kata nation (bangsa). Nasionalisme adalah suatu paham atau ajaran untuk  mencintai bangsa dan negara atas kesadaran keanggotaan/warga negara yang secara potensial bersama-sama mencapai, mempertahankan, dan mengabdikan identitas, integritas, kemakmuran dan kekuatan bangsanya. Nasionalisme merupakan suatu paham yang mengutamakan persatuan dan kebebasan bangsa. Nasionalisme memuat beberapa prinsip yaitu: kesatuan, kebebasan, kesamaan, kepribadian, dan prestasi. Nasionalisme juga dapat diartikan sebagai perpaduan dari rasa kebangsaan dan paham kebangsaan. Dengan semangat kebangsaan yang tinggi, kekhawatiran akan terjadinya ancaman  terhadap keutuhan bangsa akan dapat terhindarkan.

Pemuda dan Idealismenya
Pemuda Indonesia adalah masa depan bangsa. Entah mereka masih berstatus sebagai pelajar, mahasiswa, ataupun yang sudah bekerja. Mereka merupakan aktor penting yang diandalkan untuk mewujudkan cita-cita dan pencerahan kehidupan bangsa kita di masa depan. Indonesia telah meletakkan dasar-dasar dan tujuan kebangsaan sebagaimana termaktub dalam pembukaan UUD 1945.
Para pemuda terdahulu berjuang untuk kemerdekaan untuk melindungi segenap bangsa Indonesia dan seluruh tumpah darah Indonesia. Memajukan kesejahteraan umum, mencerdaskan kehidupan bangsa, dan ikut melaksanakan ketertiban dunia berdasarkan kemerdekaan, perdamaian abadi dan keadilan sosial.
Apabila berkaca pada sejarah, proklamasi bangsa ini terjadi juga karena pemuda dengan segala idealismenya. Mereka bersihkukuh untuk segera lepas dari belenggu penjajah. Runtuhnya tirani orde baru juga tidak lepas dari peran pemuda sebagai mesin penggerak, ketika melihat berbagai ketidakadilan di masyarakat. Pemuda memang merupakan sebuah simbol idealisme dalam sejarah bangsa dari waktu ke waktu. Melihat hal tersebut tentunya pemuda memiliki nilai-nilai yang lebih untuk memimpin bangsa ini.

Sejarah perjuangan bangsa Indonesia memang dikenal sejak proklamasi dikumandangkan diseluruh pelosok tanah air pada 17 Agustus 1945. Namun, ada semangat lain yang dikobarkan pada tahun 1928 sehingga membangkitkan semangat pemuda-pemudi Indonesia untuk membela tanah air. Sumpah pemuda, merupakan salah satu bukti perjuangan rakyat Indonesia saat bangsa ini masih berada dalam masa penjajahan bangsa asing dan merupakan bukti dari adanya semangat membara yang mereka nyatakan dalam sebuah kongres pemuda pada tanggal 28 Oktober 1928.
Sumpah Pemuda merupakan salah satu kejadian penting dalam pergerakan untuk kemerdekaan Indonesia. Sumpah atau ikrar sejumlah pemuda inilah yang menjadi penyemangat bangsa demi cita-cita berdirinya negara Indonesia. Para pemuda di masa itu sadar bahwa pergerakan organisasi yang bersifat kedaerahan tidak pernah memberikan hasil berarti untuk kemerdekaan Indonesia karena pergerakan seperti itu sangat mudah dipatahkan oleh penjajah Belanda.
Sebagai mana yang kita ketahui sebelum peristiwa sumpah pemuda tahun 1928 itu, di Indonesia telah terbentuk organisasi-organisasi pemuda/pelajar yang berbasis kedaerahan dan agama semacam Jong Java, Jong Sumatera, Jong Islamieten, Jong Celebes dan sebagainya, dari berbagai diskusi dan pertemuan-pertemuan yang kerap mereka lakukan tentang berbagai persoalan bangsa yang pada waktu itu masih dalam penjajahan Belanda, tumbuhlah benih-benih semangat untuk bersatu dengan  menanggalkan paham kedaerahan, Oleh sebab itulah organisasi-organisasi pemuda ini sepakat untuk melebur menjadi satu dan membuat pergerakan secara serentak untuk melawan penjajah.
Puncaknya sebagaimana yang tertuang dalam keputusan Kongres Pemuda II yang berlangsung di Gedung Kramat 106 pada 27-28 Oktober 1928. Keputusan Kongres Pemuda itulah yang sekarang lebih dikenal dengan SUMPAH PEMUDA. Yang intinya Para Pemuda itu berikrar untuk bertumpah darah satu, berbangsa satu, berbahasa satu yakni INDONESIA.

Kemudian pada tahun 1998 para pemuda menuntut reformasi Presiden Soeharto untuk mundur karena diangap
1.         Penyalahgunaan wewenang Soeharto sebagai presiden
2.         Pembangunan yang semu
3.         Krisis moneter
4.         Kondisi sosial masyarakat
5.         Tragedi Trisakti
Dalam kondisi semacam ini, mahasiswa Indonesia bergabung untuk satu tujuan, yakni menuntut pelaksanaan reformasi total di berbagai aspek kehidupan bangsa dengan cara melengserkan Soeharto dari jabatannya terlebih dahulu. Semangat para mahasiswa pun semakin menggelora ketika gerakan mahasiswa dengan agenda reformasi ini mendapat simpati dan dukungan dari rakyat.
Reformasi Bangsa Indonesia pada tahun 1998 tidak dapat dilepaskan dari peran nasionalisme para pemuda, baik dari kalangan mahasiswa, aktivis, maupun simpatisan-simpatisannya. Nasionalisme inilah yang meruntuhkan rezim Orde Baru yang telah lama berkuasa di Indonesia. Jika tidak ada pemuda bangsa, bukan tidak mungkin, niscaya bangsa ini masih dalam kejumudan pemerintahan rezim Soeharto. Inilah sedikit bukti akan peran nasionalisme pemuda dalam sejarah bangsa Indonesia.
Gerakan pemuda pada dasarnya merupakan suatu gerakan sosial yang salah satu bentuk utamanya adalah perilaku kolektif. yakni suatu kolektivitas yang melakukan kegiatan dengan kadar kesinambungan tertentu untuk menunjang atau menolak perubahan yang terjadi dalam masyarakat atau kelompok yang mencakup kolektivitas itu sendiri. Sehingga disini dapat dilihat bahwa masyarakat atau kelompok yang melakukan suatu gerakan sosial merasakan adanya persamaan nasib –yang biasanya bersifat negatif.Dalam kaitannya dengan gerakan mahasiswa 1998 ini cukup relevan. Krisis ekonomi yang parah sejak Juli 1997 menimbulkan kesenjangan antara harapan dan kenyataan. Mahasiswa dan masyarakat kelas menengah Indonesia, yang selama ini terkesan diam dan menurut pada pemerintah, mulai gelisah dan akhirnya melakukan suatu   gerakan reformasi dikarenakan adanya persamaan nasib yang kemudian memunculkan suatu perilaku kolektif untuk memperjuangkan perubahan sosial
“Beri aku sepuluh pemuda, niscaya akan ku guncangkan dunia" Kata-kata Soekarno ini membuktikan bahwa pemuda dengan nasionalismenya merupakan kekuatan maha dahsyat yang mampu melawan tirani dan dapat meruntuhkan suatu rezim tertentu. Memang tidak dapat dipungkiri lagi, nasionalisme para pemuda telah mampu menorehkan tinta emas dalam sejarahnya, khususnya dalam menggiring reformasi bangsa ini

Jaman Now
Pengaruh media di tengah globalisasi. Media hari ini (khususnya media elektronik: televisi) ikut berkontribusi menidurkan semangat nasionalisme generasi muda. Lihatlah, seringkali media  memuat tayangan yang cengeng, mistis, lebay, dan kepentingan politik-ekonomi segelintir elite. Tayangan ini membuat penonton lupa “daratan”. Media yang salah satu fungsinya adalah memberikan pendidikan dan pencerahan, justru menyebarkan pembodohan. Memang ada juga tayangan positif yang sifatnya mendidik, hanya saja porsinya tidak sebanding. Hal ini juga tidak terlepas dari persaingan media, dan kepentingan si pemilik media tentunya.
Wacana tentang pemuda setidaknya mengandung makna bahwa ada upaya menumbuhkan semangat nasionalisme pemuda bangsa yang lebih baik. Masa depan bangsa ini ada di tangan pemuda. Bangsa Indonesia akan tetap ada selama semangat nasionalisme itu tetap ada. Oleh karena, jika kita masih menginginkan keberadaan bangsa ini, maka nasionalisme pemuda harus dibangun(kan).
Zaman mungkin boleh berubah, semangat zaman yang menyertainya pun mungkin saja berbeda. Tetapi sekali lagi, akan selalu ada cahaya di ujung lorong yang gelap jika tetap ada sekelompok pemuda di setiap zaman yang tidak kehilangan sensitivitas dan kepeduliannya. Dua hal ini merupakan substansi dari nasionalisme yang dapat dipakai sebagai syarat minimal guna menakar nasionalisme kaum muda di setiap zaman.
Setiap perubahan perlu energi besar yang lahir dari jiwa yang senantiasa menggelora khas anak muda, cerminan dari hati yang bersih serta nurani yang senantiasa berkobar. Jadi bukan munculnya generasi anak nongkrong yang jadi persoalan. Namun, intinya adalah ketika sensitivitas krisis dari generasi muda terus melemah serta kepeduliannya terhadap persoalan-persoalan besar telah terkikis, maka tunggulah saat di mana pemuda akan semakin menepi dan terpinggirkan dari panggung sejarah peradaban.
Di situlah letak tantangan yang harus dihadapi oleh kaum muda saat ini dihadapkan pada berbagai persoalan, baik di tingkat lokal seperti korupsi, kemiskinan, pengangguran, kemandirian dan lain-lain maupun di tingkat global seperti isu-isu lingkungan hidup, pemanasan global, terorisme, dan sebagainya. Itu semua tentu saja tidak bisa diselesaikan oleh para pemuda yang hanya bisa bernostalgia dan beromantisme mengenang masa yang telah berlalu.

      Write By: Write By: Pudja Servita H. | 30 Juli 2018

Komentar

Postingan populer dari blog ini

“9 Buku yang Harus Dibaca Kader GMNI Agar Tidak Cuma Bisa Teriak Merdeka”

Sekilas Marhaenisme