Langsung ke konten utama

Konsep Dasar Marhaenisme

Awal penggunaan kata marhaenisme memiliki arti sebagai ideologi yang menentang segala penindasan manusia atas manusia dan bangsa atas bangsa, pada mulanya presiden pertama Republik Indonesia, Ir. Soekarno mengadopsi dari konsep pemikiran Marxisme lalu diterapkan dengan kultur budaya yang ada di Nusantara. Kemudian soekarno mencetuskan gagasan marhaenisme sebagai gagasan dalam harkat hidup massa marhaen, yang memiliki alat produksi tetapi masih tertindas. Maka dari itu, pengertian marhaen yang ditujukan kepada seluruh rakyat kecil yang dimaksut disini ialah petani dan buruh sebagai kaum proletar yang hidupnya akan terus selalu tertindas oleh penguasa kapitalis.
Di tahun 1926-1927 disaat soekarno dan teman-teman mendirikan sebuah partai  perserikatan yakni partai nasional indonesia yang berazas kan marhaenisme sebagai gerakan politiknya, lantas PNI berhasil menjadi penggerak kaum marhaen, yang meliputi hampir 90 persen dari rakyat indonesia saat itu. Dalam upaya merobohkan kekuasaan kolonial belanda yang dikendalikan oleh kaum borjuis.
Dari situlah marhaenisme berkembang menjadi salah satu ideologi dalam memperjuangkan rakyat indonesia dan PNI berhasil menyebarkan marhaenisme hingga keseluruh penjuru negeri hingga ke malaya, sampai pada tahun 1930 organisasi malaya dari kesatuan kaum muda mulai terpengaruh oleh gerakan marhaenisme, hingga tahun 1995 mulai berdiri partai rakyat malaya yang berazaskan marhaenisme.
Lalu berimbas pada pemilu ditahun 1955, sekitar 30 persen rakyat indonesia mengidentifikasikan dirinya sebagai kaum marhaenis, karena semakin popularitasnya marhaenisme dibawa oleh soekarno kala itu, melalui mimbar, soekarno berpidato, beliau menjelaskan tentang mendidik rakyat dengan ajaran politik termasuk marhaenisme beliau menjelaskan secara detail marhaenisme dalam berbagai gagasan.
Hal terpenting bagi soekarno mengenai ideologi marhaenisme adalah sebagai ideologi perjuangan bagi golongan masyarakat yang dimiskinkan oleh sistem kolonialisme, imperialisme, feodalisme dan kapitalisme. Maka dari itu soekarno menyampaikan harus menguasai dua hal pengetahuan yakni : pengetahuan tentang situasi dan kondisi di negara indonesia dan ilmu pengetahuan berkaitan marxisme. Dalam penegasan tersebut soekarno menyampaikan siapapun tidak dapat memahami konsep idologi marhaenisme jika tanpa memahami kontextual dari marxisme itu sendiri maka dari situ dapat disimpulkan bahwa marhaenisme adalah penerapan marxisme yang disesuaikan dengan kondisi dalam masyarakat bernegara.
Dan jika dicermati maka akan nampak bahwa marxisme yang dicermati oleh bung karno menemukan dua hal yang berbeda, yakni : filsafat materialisme dan historis materialisme, namun menurut bung karno tentang filsafat materialisme yang atheis tidak akan sesuai jika diterapkan di indonesia karena tidak berlandasan dari nilai pancasila.
Menurut presiden soekarno kala itu historis–materialisme dapat digunakan sebagai metode berpikir untuk menganalisa kehidupan masyarakat sosial di indonesia. Karenanya historis-materialisme bukan sebagai ajaran atau ideologi yang hanya digunakan sebagai teori sosial yang dapat dipergunakan dalam menganalisa setiap keadaan sosial.
Dalam hal ini menurut bung karno menemukan bahwa rakyat indonesia yang sebagaian besar adalah petani kecil dengan ekonomi yang pas-pasan harus tertindas oleh sistem yang mengekang yakni kolonialisme/imperialisme dari penjajah yang merupakan anak dari kapitalisme serta feodalisme dari bangsa indonesia sendiri.
Maka dampak nyata dari penindasan dan pemerasan yang dilakukan terhadap rakyat oleh sistem tersebut mengakibatkan tidak mampu mewujudkannya apa yang diharapkan oleh bangsa indonesia termasuk soekarno, serta dalam upaya dalam melakukan pembelaan terhadap rakyat yang terkekang oleh sistem maka bung karno melahirkan ideologi resapan dari marxisme yang sekarang dikenal dengan ideologi marhaenisme.
Soekarno pernah menjelaskan beberapa rumusan sebagai berikut :
1) Marhaenisme adalah azas yang menghendaki susunan masyarakat dan negara yang didalamnya terkandung segala hal dalam menyelamatkan kaum marhaen.
2) Marhaenisme adalah cara perjuangan yang revolusioner sesuai dengan watak kaum marhaen pada umumnya.
3) Marhaenisme sekaligus menjadi azas dan cara perjuangan yang revolusioner menuju kepada hilangnya kapitalisme, imperialisme, serta kolonialisme.
Marhaenisme menurut soekarno juga sebagai sebagai sosio nasionalisme dan sosio demokrasi, ini dilandasi karena menurut bung karno nasionalisme kaum hamrhaen adalah nasionalisme yang berkeadilan sosial dan dalam menjalankan demokrasinya kaum marhaen adalah demokrasi yang berkeadilan sosial.
Setelah lantangnya soekarno dalam meneriakan dan menentang anti kapitasme saat menjabat sebagai presiden pertama Republik Indonesia dalam menerapkan pemikirannya tersebut kedalam kebijakan-kebijakan pemerintah, dalam bidang politik menetapkan demokrasi terpimpin sebagai landasan politiknya dan konsep nasionalis, agama, komunis. Serta dalam beberpa bidang ekonomi indonesia dalam perencanaan pembangunan semesta berencana berlandaskan ekonomi berdikari.
Disaat marhaenisme yang terus berkembang dalam masyarakat indonesia banyak pula kalangan dari kapitalis yang mengecam karena merasa dirugikan, maka tak heran banyak sekali upaya para kapitalis yang pada akhirnya soekarno pun berhasil dijatuhkan melalui suatu upaya dalam kapitalis asing serta dalam negeri untuk menuduh soekarno dalam memiliki andil sebagai presiden Republik Indonesia ketika pasca pemberontakan G 30 S tahun 1965 sehingga memicu konflik perang saudara sesama bangsa hingga merenggut nyawa 6 jendral dan 1 perwira yang telah gugur, soekarno pun dijatuhkan dari kekuasannya hingga akhirnya beliau wafat.
Selanjutnya mengenai visi marhaenisme adalah terwujudnya masyarakat marhaenis, yaitu masyarakat adil, makmur dan beradab berdasarkan kesederajadan dan kebersamaan yang dilandasi semangat persatuan dan kesatuan, bebas dari segala bentuk penindasan dan keterkungkungan (hegemoni), suatu masyarakat adil dan makmur material dan spiritual.
Maka Soekarno dalam mencapai tujuannya maka marhaenisme di bagi dalam tiga komponen: yaitu analisa kelas marhaen, sosio nasionalisme dan sosio demokrasi.

MERDEKA!!
GMNI!! JAYA!!
MARHAEN!! MENANG!!

      Write By: Denny Putra Riantoro | 30 Juli 2018
 


Komentar

Postingan populer dari blog ini

“9 Buku yang Harus Dibaca Kader GMNI Agar Tidak Cuma Bisa Teriak Merdeka”

Sekilas Marhaenisme