Langsung ke konten utama

Dibawah Bendera Revolusi Jilid 1

Oleh : Ir.Soekarno

"Maka saya meninggalkan dunia jasmani ini dan saya masuk kategori dalam pidato dan keterangan-keterangan yang sering masuk ke dalam world of the mind. Saya meninggalkan dunia yang material ini, saya masuk di dalam world of the mind. Dunianya alam cipta, dunia khayal, dunia pikiran. Dan telah sering saya katakan, bahwa di dalam world of the mind itu, di situ saya berjumpa dengan orang-orang besar dari segala bangsa dan segala negara. Di dalam world of the minditu saya berjumpa dengan nabi-nabi besar; di dalamworld of the mind itu saya berjumpa dengan ahli falsafah, ahli falsafah besar. Di dalam world of the minditu saya berjumpa dengan pemimpin-pemimpin bangsa yang besar, dan di dalamworld of the mind itu saya berjumpa dengan pejuang-pejuang kemerdekaan yang berkaliber besar."

Kutipan di atas ini bukan berasal dari buku ini, tetapi dari pidato resmi terakhir Bung Karno yaitu pidato Nawaksara. kutipan ini, yang menjadi tonggak perjuangan terakhir beliau explains him in a nutshell, seorang tokoh brillian dan tragis yang gemar berkhayal dan berdiskusi dengan pemikiran tokoh2 dunia. Negara ini didirikan dari khayalan, ya benar dari khayalan para pendiri bangsa seperti Bung Karno (atau mengutip istilah ben anderson: imagined communities). Kedengarannya naif memang, tapi bukankah segala sesuatu yang besar berasal dari mimpi? Di dalam buku ini kita menemukan khayalan seorang Sukarno muda, yang ia rumuskan dari diskursinya dengan tokoh2 macam Gandhi, Atatürk, Kautsky, Marx dll. Kata-kata dan pemikiran bung karno beserta para founding fatherslainnya adalah bak perekat dan pengerat kelahiran Republik Indonesia, bisa dibayangkan tanpa pemikiran mereka tidak akan ada apa yang dinamakan NKRI sekarang. Kita juga bisa menemukan Ide-ide beliau yang jarang terungkap sekarang, seperti NASAKOM, yang merupakan "embrio" dari Pancasila (tentunya lenyap setelah G30SPKI) dan juga pendapat kerasnya yang menentang fasisme (mungkin agak ironis apabila kita bandingkan dengan tahun2 terakhir pemerintahan beliau). Apabila kita merasakan ada yang kurang dengan esensi dari kesatuan Indonesia sekarang maka saya anjurkan untuk membaca dan "menggali" ide-ide dalam buku ini, seperti ketika bung karno "menggali" para pemikir dunia di dalam mendirikan NKRI. Bacaan wajib untuk para pemuda Indonesia yang benar-benar mencintai negeri ini. Sangat disayangkan bahwa buku ini, yang seharusnya menjadi bahan diskusi dan pegangan (tentunya dengan pikiran yang kritis) oleh seluruh pelajar Indonesia, lebih sering ditemukan di pedagang-pedagang buku bekas yang gemar menjualnya dengan harga setinggi langit.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

“9 Buku yang Harus Dibaca Kader GMNI Agar Tidak Cuma Bisa Teriak Merdeka”

Sekilas Marhaenisme