“KEBEBASAN” Cita-Cita Kartini
“Kebebasan Tanpa Batas” saat ini
Raden Ajeng aku malu, bahkan sampai saat ini membuka halaman pertama bukumu pun aku tak pernah, apalagi membacanya, bagaimana mungkin aku layak merayakan ulang tahunmu. Tapi bagaimanapun juga aku ingin berterimakasih, segala jerih payah Raden Ajeng memperjuangkan kebebasan dan kesamaan hak antara laki-laki dan perempuan manfaatnya terasa sampai saat ini. Aku bukan perempuan hebat seperti Raden Ajeng, menulis aku tak suka, membaca aku bosan, mungkin karena itu sampai saat ini aku belum sempat berkenalan lebih jauh denganmu lewat buku. Tapi, aku seorang perempuan yang diberi anugerah oleh Tuhanku (Allah) berupa ketajaman mengingat melalui penglihatan dan pendengaran, dalam satu mata kuliahku, ini disebut kecerdasan visual spatial dan Musikal. Sehingga aku hanya mengenal Raden Ajeng dari pelajaran yang aku dapat ketika di sekolah dan sedikit gambaran dari film Kartini yang pernah digarap oleh sutradara Hanung Bramantyo.
Baiklah, disini aku hanya ingin berbagi apa yang aku mengerti dan yang aku amati
Aku ingat betul di film Kartini; kebebasan dan kesamaan hak yang masih amat asing oleh perempuan kala itu, hingga Kartini yang bercita-cita ingin melanjutkan pendidikanpun harus gagal hanya karena akan dinikahkan dengan seorang keturunan bangsawan pula. Hal tersebut sangat bertolak belakang dengan keadaan saat ini, perempuan bebas melanjutkan pendidikan setinggi mungkin, perempuan bebas menikah kapanpun dan dengan siapapun, perempuan bebas bekerja dimanapun dan sebagai apapun.
Aku tidak benar-benar mengerti jalan pikiran perempuan saat ini, tapi syukurlah dengan kebebasan dan kesamaan hak saat ini kita sebagai perempuan dapat memaksimalkan perencanaan hidup kita kedepannya. Beberapa temanku memilih untuk menikah muda dengan alasan memang jodohnya sudah ada, dan menghindari hal-hal yang haram karena tidak adanya tali pernikahan. Temanku yang lainnya merencanakan studi lanjut sesuai yang diinginkan, dan beberapa sedang giat bekerja untuk memenuhi kebutuhannya.
Dan aku sendiri…
Ingin juga seperti teman-temanku menjadi perempuan berpendidikan, bekerja untuk memenuhi kebutuhan, dan tentunya menikah pada waktunya. Tapi beberapa orang berargumen, bagaimana bias perempuan jadi seperti yang aku inginkan, seberapa kuat ??. Entahlah seperti apa eksistensi budaya patriarki pada 21 April tahun ini, tapi bukankan benar jika saat ini keinginanku seperti itu ?? harusnya taka da lagi tembok-tembok yang menghancurkan angan seorang perempuan.
Yaa benar, saat ini era “kebebasan tanpa batas”, semangat perempuan Indonesia, masa depan kita ada di tangan kita !!
Terimakasih Raden Ajeng Kartini
dari aku Sarinah Tyas
“Kebebasan Tanpa Batas” saat ini
Raden Ajeng aku malu, bahkan sampai saat ini membuka halaman pertama bukumu pun aku tak pernah, apalagi membacanya, bagaimana mungkin aku layak merayakan ulang tahunmu. Tapi bagaimanapun juga aku ingin berterimakasih, segala jerih payah Raden Ajeng memperjuangkan kebebasan dan kesamaan hak antara laki-laki dan perempuan manfaatnya terasa sampai saat ini. Aku bukan perempuan hebat seperti Raden Ajeng, menulis aku tak suka, membaca aku bosan, mungkin karena itu sampai saat ini aku belum sempat berkenalan lebih jauh denganmu lewat buku. Tapi, aku seorang perempuan yang diberi anugerah oleh Tuhanku (Allah) berupa ketajaman mengingat melalui penglihatan dan pendengaran, dalam satu mata kuliahku, ini disebut kecerdasan visual spatial dan Musikal. Sehingga aku hanya mengenal Raden Ajeng dari pelajaran yang aku dapat ketika di sekolah dan sedikit gambaran dari film Kartini yang pernah digarap oleh sutradara Hanung Bramantyo.
Baiklah, disini aku hanya ingin berbagi apa yang aku mengerti dan yang aku amati
Aku ingat betul di film Kartini; kebebasan dan kesamaan hak yang masih amat asing oleh perempuan kala itu, hingga Kartini yang bercita-cita ingin melanjutkan pendidikanpun harus gagal hanya karena akan dinikahkan dengan seorang keturunan bangsawan pula. Hal tersebut sangat bertolak belakang dengan keadaan saat ini, perempuan bebas melanjutkan pendidikan setinggi mungkin, perempuan bebas menikah kapanpun dan dengan siapapun, perempuan bebas bekerja dimanapun dan sebagai apapun.
Aku tidak benar-benar mengerti jalan pikiran perempuan saat ini, tapi syukurlah dengan kebebasan dan kesamaan hak saat ini kita sebagai perempuan dapat memaksimalkan perencanaan hidup kita kedepannya. Beberapa temanku memilih untuk menikah muda dengan alasan memang jodohnya sudah ada, dan menghindari hal-hal yang haram karena tidak adanya tali pernikahan. Temanku yang lainnya merencanakan studi lanjut sesuai yang diinginkan, dan beberapa sedang giat bekerja untuk memenuhi kebutuhannya.
Dan aku sendiri…
Ingin juga seperti teman-temanku menjadi perempuan berpendidikan, bekerja untuk memenuhi kebutuhan, dan tentunya menikah pada waktunya. Tapi beberapa orang berargumen, bagaimana bias perempuan jadi seperti yang aku inginkan, seberapa kuat ??. Entahlah seperti apa eksistensi budaya patriarki pada 21 April tahun ini, tapi bukankan benar jika saat ini keinginanku seperti itu ?? harusnya taka da lagi tembok-tembok yang menghancurkan angan seorang perempuan.
Yaa benar, saat ini era “kebebasan tanpa batas”, semangat perempuan Indonesia, masa depan kita ada di tangan kita !!
Terimakasih Raden Ajeng Kartini
dari aku Sarinah Tyas
Komentar
Posting Komentar